Sunday, October 20, 2013

Gosipan Keledai dan Kuda

Alkisah seekor keledai dan kuda yang berada di dalam kandang yang sama dan memiliki majikan yang sama. Sang majikan, seorang petani dengan level semangat yang luar biasa, terbiasa bekerja keras demi memberi nafkah keluarganya. Sebuah keluarga besar yang didalamnya tidak hanya terdiri dari sanak saudara namun juga terdiri dari para pekerja yang nafkahnya bergantung pada hasil dari ladang yang dikelolanya.

Sang kuda yang tiap hari selalu bersemangat dan seakan tak kenal lelah bekerja, sangatlah berbanding terbalik dengan sang keledai yang lebih banyak bermalas-malasan. Sang keledai yang selalu  berpura-pura tuli hingga jarang memahami perintah sang petani, pada akhirnya hanya diberi tugas-tugas yang sederhana dan tidak berat. Bukan karena si keledai yang tak punya tenaga, namun lama kelamaan sang petani dan para pekerja lain juga jengah melihat betapa dungunya si keledai dalam memahami apa yang harus dikerjakan.

Dan saat suatu malam, sang kuda akhirnya bertanya pada si keledai yang pura-pura dungu dan tuli itu. “Wahai kawan, mengapa kau selalu pura-pura tuli dan berlagak dungu saat bekerja ?”

“Apa urusanmu ?”, ujar si keledai

“Bukankah kita seharusnya bekerja demi menolong sang petani dan seluruh pekerja yang menggantungkan nasibnya pada ladang yang kita kerjakan bersama-sama ?”

“Hei, bukankah itu urusan sang petani ? Lalu apa untungnya buat kita ? Dasar kuda bodoh…”

Sang kuda termangu sejenak. Benarkah dirinya bodoh ? Dan betulkah bahwa dirinya selama ini hanya diperalat oleh sang petani dan para pekerjanya ?

“Wahai kawan, bukankah saat kita bekerja rajin, dan sang petani mendapat keuntungan besar dari ladang itu, kita juga berarti menolong semua pekerja yang ada didalamnya ? Membantu para anak pekerja untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dan membantu keluarga mereka untuk hidup lebih nyaman ? Dan bukankah kita juga akan pasti mendapatkan jatah makanan yang lebih enak dan kandang yang lebih bersih ?”

Si keledai yang selalu berlagak dungu lantas tertawa.

“Lalu ? Mengapa harus bekerja keras saat aku bermalas-malasan saja akan mendapat fasilitas yang sama denganmu, hai kuda dungu ? Dengan berpura-pura tuli aku akan mendapat tugas yang mudah dan ringan, tapi akan mendapat jatah makan yang sama denganmu. Jadi buat apa bekerja keras ?”

Sang kuda kembali termangu, tertegun tak percaya. Jadi, selama ini si keledai memang hanya berpura-pura tuli dan dungu hanya demi mendapat beban kerja yang lebih ringan dan mengumpankan dirinya untuk bekerja lebih keras.  Namun sang kuda tak mampu berbuat apa-apa, tiada mungkin dirinya mampu berbicara kepada sang petani tentang kelakuan keledai yang pembohong dan tak tahu malu itu.

Namun demikian, Yang Maha Raja selalu adil dalam menentukan nasib. Keesokan harinya, si keledai akhirnya dijual oleh sang petani. Sang pemilik baru dari keledai adalah seorang petani yang miskin dan  memiliki ladang yang lebih gersang untuk dikelola. Dan karena si keledai  masih tetap dengan kebiasaan jeleknya yang selalu berpura-pura tuli, pada akhirnya sang pemilik baru pun menjadi marah dan menyembelih sang keledai untuk menjadi santapan makan malam.

Sayangnya, kisah yang sesungguhnya di dunia nyata tidaklah seideal kisah tersebut. Di sekitar kita masih banyak para keledai yang bermalas-malasan dan pura-pura tuli (atau memang benar-benar tuli) hanya demi mendapatkan beban kerja yang lebih ringan dibanding rekan lainnya. Atau bahkan dengan cara mengumpankan rekan kerjanya yang memang terlihat lebih rajin, dan sang keledai nantinya juga akan merasakan hasil secara keseluruhan dengan porsi yang sama.

Anehnya, orang-orang bertipe keledai itu malah selamat dari hukuman, dan mendapatkan pujian atas hasil kerja yang ia tidak lakukan. Pujian yang didapat dengan menjadikan rekan lainnya sebagai umpan pada saat keadaan kritis, dan memasang muka manis saat atasan berkunjung dan berusaha melihat hasil kerja yang sesungguhnya bukan dari hasil tangannya sendiri.

Tapi bukankah Yang Maha Kuasa adalah zat yang paling bijaksana di jagad raya ? Jikalau para keledai ini selamat di dunia, apakah kehidupan setelah mati akan menjadi sama dengan yang mereka dapat di dunia ?

Banyak orang yang merasa telah bekerja dengan rajin dengan motivasi yang tulus, bahwa hasil pekerjaan mereka tidak hanya akan menolong dirinya sendiri, namun juga akan bermanfaat bagi orang lain yang ada di tempat ia bekerja. Tapi banyak juga yang hanya merasa dirinya diperalat oleh tempat ia bekerja, hanya karena berpikir layaknya seekor keledai.

Jadi, siapakah kita di tempat kerja, menjadi sang keledai tuli yang dungu atau menjadi kuda yang punya niat mulia saat bekerja ?

0 comments:

Post a Comment